Malam baru saja tiba. Saat jenazah Sersan dua TNI, Muhammad Herdi Fitriansyah, yang wafat di usia 22 tahun, tiba di kediaman keluarganya di Desa Perjiwa, Tenggarong Seberang. Puluhan orang pelayat telah berkumpul di halaman rumah pada Sabtu malam, 15 April 2023.
Saat disemayamkan di rumah duka. Keluarga membuka peti jenazah untuk melihat keadaan jasad almarhum. Sejumlah kejanggalan tampak terlihat dari tubuh almarhum. Setidaknya ada 10 memar di bagian tubuhnya. Selain itu kedua ditambah terdapat sejumlah luka mengelupas di bagian tubuh.
Sehari sebelumnya, Jumat 14 April 2023, ayah almarhum, Hatta Ardiansyah dan ibunda Erli orang tua mendiang Muhammad Herdi Fitriansyah, menerima kabar duka tersebut, sekaligus tidak percaya. Menerima kabar bahwa sang anak ditemukan meninggal dunia dengan seutas tali terikat di leher. Saat jenazah ditemukan di sekitar hutan tak jauh dari Yonarhanud 16 Makasar, Sulawesi Selatan. Tempat almarhum berdinas sebagai prajurit TNI.
Kepada Penakaltim.com, Saudari Ibunda almarhum, Ayu Andriani menceritakan almarhum merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Kabar meninggalnya Fitri sapaan akrab Herdi Fitriansyah ini tentu membuat terpukul seluruh keluarga. Terlebih dikabarkan bahwa almarhum tewas gantung diri.
“Namun hingga saat ini kami tidak pernah ditunjukkan ada bukti foto atau video jika almarhum gantung diri” kata Wahyu setelah proses pemakaman, Minggu, 16 April 2023.
Dikenang perempuan tersebut, sosok Fitri adalah anak yang penurut. Terlahir dari keluarga dengan ekonomi sederhana, dengan ayah dan ibu yang merupakan buruh pemecah batu. Sambung Ayu, semasa kecil bersama kakak dan adik-adiknya almarhum baru bisa makan setelah kedua orangnya menerima upah.
Selain itu dijelaskan Ayu, almarhum merupakan pria kelahiran Tenggarong Seberang, 16 agustus 2001. Bersekolah di SDN 018 Perjiwa, SMPN 5 Loa Pari, SMA YPK Tenggarong. “Memang cita-cita nya ingin jadi tentara, seperti abangnya yang juga tentara,” kata Ayu.
Dalam perjalanannya meraih cita-citanya, Fitri sempat mengalami kegagalan yakni tidak lulus di ujian psikotes. Namun berkat dukungan yang kuat dari seorang kakak yang juga TNI. Almarhum Fitri semasa muda difasilitasi untuk mengikuti berbagai bimbingan belajar dan latihan kemampuan fisik.
“Semangat sekali belajar psikologi, dia itu paling cepat berhenti belajar jam 3 pagi, sampai-sampai lupa tidur” ungkapnya.
Dikenang perempuan tersebut, tekad kuat almarhum untuk membanggakan keluarga dengan menjadi TNI, telah dimiliki sejak lama. Selain itu almarhum dikenal sebagai anak yang pandai berbaur dengan masyarakat desa, bahkan sangat aktif dalam kegiatan kepemudaan desa.
“Jika pun ada permasalahan dengan kawan sepermainannya, dia gak pernah menuntut gak pernah mengadu kalau ada masalah apa. Kami keluarga ini ikhlas jika dia mati di bertugas melawan musuh negara semisal di Papua, mati dalam bertugas. Namun kalau seperti ini sepertinya perjuangan kakaknya yang tentara selama ini menyekolahkan membiayai segala sesuatunya terkesan sia-sia mati karena ulah senior-seniornya yang gak manusiawi itu” ujarnya.
Serda Fitri sendiri merupakan salah satu prajurit terbaik Kaltim. Adapun jabatan terakhirnya adalah komandan regu. Fitri lahir di Desa Perjiwa, 16 agustus 2001 di kediaman rumah tinggal orang tuanya yang sangat sederhana di Jalan Tanjung Gersik RT 2, Perjiwa.
“Adapun kenangan indah yang masih membekas di keluarga ialah Fitri sangat rajin membantu kakaknya yang tentara itu nulungi bangun rumah, rajin sekali dia ikut bangun rumah kakaknya yang di Balikpapan. Namun kalau kenangan yang paling menyakitkan ya ketika dia chatting wa ke saya terkait kondisi dan kabar dia selama di Makassar. Di bercerita dia yang selalu dibantai seniornya itu yang paling sakit” bebernya.
Atas kejadian ini, pihak keluarga meskipun gagal melakukan upaya autopsi ulang, harapannya oknum penyebab Serda Fitri meninggal secara tidak wajar bisa diusut secara tuntas.
“Dihukum sesuai aturan yg berlaku di militer. Kalau pun sudah dipecat ya tetap dihukum oknum tersebut secara sipil” harapnya.
Ketika ditanya apa keinginan almarhum yang belum sempat terwujud, Ayu mengungkapkan sebagian gaji almarhum yang ingin diberikan sepenuhnya untuk kedua orang tuanya urung terlaksana lantaran uang gaji dan tunjangan semuanya diperas oleh para senior-seniornya.
“Gajinya gak prnah dirasakan keluaraga. Tanggal 6 dikirim ke keluarga itu. Dia dikira seniornya dia masih punya uang THR sehingga dikira kalau almarhum ini bohong. Padahal udah gak ada. Tanggal 6 udah masuk THR langsung dikirim ke saya 1,6 juta untuk orang tuanya, namun ternyata dia transfer ke orang tuanya ini malah jadi masalah. Dia gak ada uang lagi untuk nutupi permintaan seniornya” terangnya.
Jika pada saat datangnya jenazah dan di bongkar peti tidak ada bagian tubuh Fitri lecet atau bekas luka lebam dan lainnya yang menjurus ke kerasan, pihak keluarga tentu ikhlas melepas kepergiannya.
“Tapi banyak kejanggalan. Bukti chattingan itu yang buat saya sakit. Banyak lebam, bekas cambukan di tubuh belakang, ada bekas congkelan di kulitnya, Habis dicambuk pakai kayu besi atau apa. Sama tulang rusuk kiri gepeng, kemungkinan patah, bawah ketek, bibir bengkak, hidung berdarah. Semacam diskenariokan, mungkin sekarat baru dijerat. Atau udah mninggal baru dijerat di gantung seolah-olah bunuh diri” paparnya
“Kami merasa janggal, dalam proses pemulangan jenazah juga terkesan diperlambat sehingga datangnya sampai sini malam, harusnya info awal Sabtu pagi udah berangkat dari Makassar ke Balikpapan, tapi justru jam 3 baru berangkat dari Makassar ke Balikpapan, dan tadi malam jam setengah 9an malam baru tiba” tegas Ayu.
Muhibin Ali melanjutkan, berdasarkan keterangan dari wakil Yon Arhanud/16 Sula Bhuana Cakti Makassar, saat ini mereka tengah melakukan proses pemeriksaan. Setidaknya ada sekitar 9-12 saksi, yang diduga terlibat dalam kematian janggal almarhum.
Lebih lanjut, pihak keluarga kini masih menunggu hasil pemeriksaan autopsi yang sudah dilakukan pasca meninggalnya Serda Fitriansyah. Ketika memang dirasa tidak sesuai dengan kondisi almarhum, bisa saja ihak keluarga akan melakukan autopsi ulang.
“Keluarga menunggu surat autopsi tapi (almarhum) dimakamkan dulu, sambil menunggu proses hukum di Makassar, satu sisi kita ikuti sambil nunggu hasil autopsi di Makassar,” lanjutnya.
Begitupun jika pada proses berjalannya pemeriksaan terbukti ada praktik penganiayaan seperti yang diyakini keluarga almarhum. Maka keluarga almarhum pun berharap akan dihukum seberat-beratnya.
“Ada rencana nanti berunding setelah pemakaman, langkah apa selanjutnya termasuk membuat laporan terkait kejanggalan. Kalau terbukti kejanggalan akan di autopsi ulang,” tutup Muhibin.
Sementara itu, Didi Tasidi, ditunjuk sebagai kuasa hukum keluarga almarhum, bahwa kini keluarga almarhum sudah menerima keadaan jenazah. Meski sempat terjadi perdebatan karena keluarga almarhum menginginkan adanya autopsi ulang.
“Hari ini yang terjadi penyerahan jenazah, untuk selanjutnya ada langkah yang diambil,” ujar Didi.
Terkait kemungkinan keluarga almarhum yang menginginkan adanya autopsi ulang secara mandiri, secara aturan ketika jenazah sudah diserahkan kepada pihak keluarga, itu menjadi hak keluarga. Maka dari itu, keluarga almarhum bisa saja melakukan autopsi ulang setelahnya.
“Mereka (satuan almarhum bertugas) tidak punya hak lagi (untuk melarang) karena sudah hak keluarga,” pungkas Didi.
Sementara itu menyikapi kasus ini, Dandempom VI/Samarinda Letkol Corps Polisi Militer (Cpm) Sandri Oktamy menegaskan pihaknya masih akan mendalami kasus ini.
“Sementara masih kami dalami dahulu, masih menunggu hasil Autopsi dari Makassar” ucapnya melalui pesan singkat.